BERITAMAX.COM – Konflik antara Israel dan Iran kembali menjadi sorotan tajam setelah pernyataan kontroversial dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Dalam pidatonya yang disampaikan di depan parlemen dan dikutip sejumlah media internasional, Netanyahu menyatakan bahwa perang antara Israel dan Iran kemungkinan baru akan benar-benar berakhir jika Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, tidak lagi memegang kekuasaan, bahkan secara eksplisit menyebut “jika Khamenei tewas.”
Pernyataan ini langsung memantik reaksi keras dari berbagai pihak, baik di dalam negeri Israel, di Iran, maupun komunitas internasional. Meskipun Netanyahu selama ini dikenal vokal terhadap ancaman yang disebutnya berasal dari rezim Iran, komentarnya kali ini dinilai sebagai eskalasi retorika yang sangat berbahaya.
Latar Belakang Ketegangan Israel-Iran
Hubungan antara Israel dan Iran telah memburuk selama beberapa dekade, terutama sejak Revolusi Iran tahun 1979 yang menggulingkan Shah dan menghadirkan pemerintahan berbasis teokrasi di bawah Ayatollah Khomeini. Di sisi lain, Israel secara aktif melancarkan operasi intelijen dan serangan siber untuk memperlambat program tersebut.
Pernyataan Netanyahu: Strategi Tekanan atau Provokasi?
Netanyahu dalam pernyataannya menyebut bahwa akar konflik bukan sekadar konflik geopolitik biasa, melainkan pertarungan ideologi. “Selama Khamenei masih memegang kekuasaan dan terus mendorong agenda penghancuran Israel, maka perdamaian tidak akan mungkin tercapai,” katanya. Ia bahkan menambahkan bahwa perubahan kepemimpinan di Iran, terutama jika Khamenei tewas, dapat membuka jalan bagi perubahan radikal dalam arah politik negara itu.
Sejumlah analis menilai pernyataan Netanyahu sebagai bentuk tekanan psikologis dan upaya memperkuat posisi tawar Israel di tengah ketegangan kawasan.
Respons Iran dan Komunitas Internasional
Tak lama setelah pidato Netanyahu beredar, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengecam keras pernyataan tersebut, menyebutnya sebagai “ancaman teroris terbuka” dan “bukti kebijakan agresif Zionis yang mengabaikan hukum internasional.” Pemerintah Iran juga memanggil perwakilan diplomatik Swiss di Teheran — yang mewakili kepentingan AS dan beberapa negara Barat di Iran — untuk menyampaikan nota protes resmi.
Sementara itu, sejumlah negara, termasuk Rusia dan Tiongkok, menyerukan agar kedua pihak menahan diri. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui juru bicaranya juga menyatakan keprihatinan atas meningkatnya retorika yang mengarah pada kekerasan.
Apa Implikasi Politiknya?
Namun pendekatan ini bisa menjadi bumerang, terutama jika dunia internasional menilai Israel sebagai pihak yang mendorong eskalasi militer di kawasan. Iran yang selama ini menjadi poros pengaruh di Irak, Suriah, Yaman, dan Lebanon, berpotensi mengalami kekacauan politik yang luas, membuka ruang bagi aktor-aktor ekstremis baru.
Kesimpulan: Di Ujung Perang dan Perdamaian
Pernyataan Netanyahu bahwa perang dengan Iran hanya akan berakhir jika Ayatollah Khamenei tewas adalah sinyal eskalasi yang sangat serius. Dunia internasional kini berada di persimpangan yang sulit: antara menahan ambisi regional Iran dan membendung tindakan agresif Israel.