BERITAMAX.COM – Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran telah meningkat tajam setelah laporan serangan militer AS terhadap fasilitas nuklir utama Iran di Natanz dan Fordow. Meskipun serangan tersebut disebut-sebut sebagai upaya untuk menghentikan pengayaan uranium Iran yang mendekati tingkat senjata, pertanyaan besar yang kini mengemuka adalah: bagaimana Iran akan membalas?
Kemampuan Militer Konvensional dan Non-Konvensional Iran
Iran memiliki berbagai opsi balasan, mulai dari militer konvensional hingga operasi non-konvensional. Secara militer, Iran memiliki jaringan rudal balistik yang mampu menjangkau pangkalan-pangkalan militer AS di Timur Tengah, khususnya di Irak, Suriah, Bahrain, dan Qatar.
Selain itu, Iran juga memiliki pasukan elit Garda Revolusi Islam (IRGC) dan unit eksternal Quds Force yang sering melakukan operasi di luar negeri, termasuk dukungan kepada milisi pro-Iran di berbagai negara. Ini membuat pembalasan Iran tidak selalu langsung, tapi bisa melalui pihak ketiga.
Serangan Melalui Proxy: Strategi Perang Asimetris
Iran memiliki jaringan milisi proksinya yang tersebar di kawasan, seperti Hizbullah di Lebanon, kelompok Houthi di Yaman, dan milisi Syiah di Irak dan Suriah. Jika Iran memilih jalur tidak langsung, kemungkinan besar serangan akan dilakukan melalui salah satu atau beberapa kelompok ini.
Hizbullah, misalnya, memiliki kemampuan misil dan pengalaman tempur yang tinggi. Serangan terhadap Israel atau pangkalan AS di kawasan oleh Hizbullah bisa dimaknai sebagai balasan Iran tanpa perlu konfrontasi langsung. Strategi ini memungkinkan Iran menjaga “jarak diplomatik” dari aksi militer sambil tetap menunjukkan ketegasan.
Gangguan di Selat Hormuz: Ancaman terhadap Energi Global
Salah satu cara paling signifikan bagi Iran untuk membalas adalah melalui ancaman terhadap Selat Hormuz—jalur laut strategis yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak global. Iran memiliki kemampuan untuk menutup sementara selat ini atau menargetkan kapal tanker melalui ranjau laut atau kapal cepat bersenjata.
Serangan Siber sebagai Jalur Balas Dendam
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran juga mengembangkan kemampuan siber yang signifikan.
Diplomasi Agresif dan Upaya Internasionalisasi Konflik
Iran juga bisa memilih jalur diplomatik untuk membalas serangan, dengan membawanya ke forum internasional seperti PBB dan Mahkamah Internasional. Dalam strategi ini, Iran akan berupaya menggalang dukungan dari negara-negara seperti Rusia, Tiongkok, dan bahkan negara-negara Eropa yang sebelumnya terlibat dalam perjanjian nuklir JCPOA. Langkah ini akan menambah tekanan diplomatik terhadap Washington.
Risiko Eskalasi Regional dan Global
Pembalasan Iran, dalam bentuk apapun, berisiko memperluas konflik menjadi perang kawasan, bahkan global. AS dan Israel kemungkinan akan merespons kembali jika serangan Iran terlalu provokatif. Ini menimbulkan kekhawatiran akan perang terbuka di Timur Tengah yang bisa menyeret banyak aktor, dari negara-negara Teluk hingga kekuatan global seperti Rusia dan Tiongkok.