beritamax.com — Seorang pekerja pertanian tewas setelah terluka saat petugas imigrasi melakukan penggerebekan di dua ladang ganja legal di California. Nama korban adalah Jaime Alanis. Ia meninggal pada Jumat setelah jatuh dari ketinggian ketika berusaha melarikan diri dari petugas pada hari sebelumnya.
Organisasi United Farm Workers mengonfirmasi kematian Alanis lewat unggahan di media sosial. Sementara itu, otoritas federal menangkap 200 pekerja karena diduga tidak memiliki dokumen sah.
Kericuhan Warnai Aksi Protes di Lokasi Ladang
Kamis pagi, aparat melancarkan razia di dua lokasi pertanian di Carpinteria dan Camarillo. Di Camarillo, warga dan keluarga pekerja datang untuk mencari kabar. Namun, aparat menghadang mereka. Situasi menjadi tegang.
Massa meneriaki petugas yang memakai seragam lengkap dan masker gas. Tak lama kemudian, asap hijau dan putih menyebar. Beberapa warga kesulitan bernapas. Tiga orang harus dilarikan ke rumah sakit. Petugas pemadam kebakaran merespons panggilan darurat dari warga.
Glass House Bantah Langgar Aturan
Glass House Farms, pemilik ladang, menyatakan bahwa mereka mematuhi aturan ketenagakerjaan dan tidak mempekerjakan anak-anak. Mereka juga menyebut bahwa aparat membawa surat perintah sah. Pihak perusahaan mengaku tengah membantu menyediakan bantuan hukum bagi pekerja yang ditahan.
Perusahaan ini merupakan produsen ganja legal yang mengantongi berbagai izin aktif dari negara bagian California.
Keluarga Korban Belum Dapat Penjelasan Pasti
Jaime Alanis sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun di ladang tersebut. Menurut saudaranya, Alanis sempat menghubungi istrinya di Meksiko saat penggerebekan. Ia mengatakan bahwa dirinya tengah bersembunyi. Setelah itu, kabar terakhir menyebut bahwa Alanis telah dibawa ke rumah sakit.
Elizabeth Strater dari United Farm Workers menjelaskan bahwa Alanis jatuh dari ketinggian 30 kaki. Insiden ini terjadi saat petugas menyisir area dan menangkap para pekerja.
Ketakutan Menyebar di Kalangan Imigran
Seorang ibu mengaku anaknya yang warga negara AS ikut ditahan selama 11 jam. Ia menyebut petugas menyita ponsel para pekerja dan memaksa mereka menghapus video yang sempat direkam. Petugas juga menandai tangan mereka untuk membedakan status imigrasi.
Maria Servin, warga negara AS, mengatakan bahwa anaknya sudah 18 tahun bekerja di ladang itu. Ketika mendengar kabar penggerebekan, ia menelepon anaknya. Sang anak melarang ibunya datang karena ladang sudah dikepung dan helikopter berputar-putar di udara. Servin akhirnya datang juga, tapi terpaksa mundur karena petugas menembakkan gas air mata.
Hingga kini, Servin belum mengetahui keberadaan putranya.
Penutup
Kasus ini menambah ketegangan dalam penegakan hukum imigrasi di California. Operasi yang menewaskan Alanis menyisakan banyak pertanyaan. Ratusan pekerja ditahan. Sebagian besar keluarga mereka belum mendapat informasi jelas.
Di sisi lain, razia terhadap tempat kerja warga imigran seperti ini memicu rasa takut di komunitas. Banyak dari mereka merasa tidak aman, bahkan saat bekerja di sektor legal seperti pertanian ganja yang telah mendapat izin resmi.