beritamax.com – Harga Sembako Meroket di Tengah Krisis Global, Ini Analisis Ekonom. Harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, telur, dan gula terus merangkak naik dalam beberapa bulan terakhir. Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan gejolak geopolitik yang belum reda, masyarakat kelas menengah ke bawah menjadi pihak yang paling merasakan dampaknya.
Kenaikan harga sembako bukan hanya sekadar fluktuasi musiman, melainkan cerminan dari krisis ekonomi yang sedang melanda banyak negara, termasuk Indonesia. Lalu, apa sebenarnya pemicu kenaikan ini? Dan bagaimana pandangan para ekonom terhadap kondisi ini?
Penyebab Utama Kenaikan Harga Sembako
1. Disrupsi Rantai Pasok Global
Krisis yang dipicu oleh konflik geopolitik dan pandemi berkepanjangan menyebabkan gangguan pada rantai pasok internasional. Banyak negara penghasil bahan pangan mengalami kesulitan produksi dan distribusi, sehingga stok global menjadi terbatas.
Sebagai contoh, gangguan ekspor gandum dari kawasan Eropa Timur berdampak pada suplai makanan berbasis tepung di berbagai negara.
2. Fluktuasi Harga Komoditas Dunia
Harga minyak mentah, pupuk, dan bahan baku pertanian yang melonjak turut mendorong biaya produksi pangan. Ketika biaya logistik meningkat, harga jual kepada konsumen pun ikut naik.
3. Depresiasi Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal. Termasuk bahan baku makanan dan bahan pendukung produksi lokal yang masih tergantung pada luar negeri.
4. Efek Perubahan Iklim
Banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrem turut mengganggu hasil panen petani lokal. Kondisi ini membuat pasokan domestik berkurang, sementara permintaan tetap tinggi.
Sembako Apa Saja yang Paling Naik?
Menurut data Badan Pangan Nasional, berikut adalah daftar beberapa bahan pokok yang mengalami kenaikan harga tertinggi dalam 3 bulan terakhir:
-
Beras medium: dari Rp 11.000 menjadi Rp 14.000/kg
-
Minyak goreng curah: dari Rp 14.500 menjadi Rp 17.000/liter
-
Telur ayam: dari Rp 25.000 menjadi Rp 31.000/kg
-
Gula pasir: dari Rp 13.000 menjadi Rp 16.500/kg
-
Cabai rawit merah: sempat tembus Rp 100.000/kg di beberapa wilayah
Analisis Para Ekonom: Kenapa Ini Bisa Terjadi?
Ekonom senior Bhima Yudhistira dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menyebutkan bahwa:
“Kenaikan harga sembako ini bersifat sistemik dan tidak bisa dianggap musiman. Ini adalah kombinasi dari krisis pangan global, inflasi biaya produksi, serta lemahnya intervensi pemerintah dalam distribusi.”
Sementara itu, Faisal Basri, ekonom Universitas Indonesia, menambahkan:
“Ketergantungan kita terhadap impor pangan dan pupuk sangat tinggi. Di saat global terguncang, kita ikut terkena imbasnya. Perlu reformasi kebijakan pangan yang lebih mandiri.”
Dampak Langsung ke Masyarakat
Masyarakat, khususnya dari kalangan menengah ke bawah, mengalami penurunan daya beli. Banyak yang akhirnya mengurangi konsumsi atau beralih ke bahan pangan alternatif yang lebih murah.
-
Pengeluaran rumah tangga meningkat 15-30%
-
Penurunan asupan nutrisi di keluarga kurang mampu
-
UMKM kuliner tertekan karena margin keuntungan menurun
-
Kenaikan permintaan terhadap bantuan sosial pemerintah
Baca juga : Harga BBM Naik Lagi? Ini Dampaknya ke Harga Barang Pokok
Tanggapan Pemerintah
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Badan Pangan Nasional telah merespons situasi ini dengan beberapa kebijakan:
-
Operasi pasar murah di beberapa wilayah
-
Penyaluran bantuan pangan non-tunai (BPNT)
-
Kebijakan subsidi pupuk dan benih bagi petani
-
Pengendalian impor dan ekspor bahan pokok
Namun, banyak pengamat menilai bahwa langkah-langkah ini masih bersifat jangka pendek dan belum menyentuh akar masalah seperti ketergantungan impor dan minimnya cadangan pangan nasional.
Baca juga : Harga BBM Naik Lagi? Ini Dampaknya ke Harga Barang Pokok
Langkah yang Bisa Dilakukan Masyarakat
Walau kondisi ekonomi makro berada di luar kendali individu, masyarakat tetap bisa mengambil langkah-langkah adaptif seperti:
-
Belanja bijak: membandingkan harga dan mencari pasar yang lebih murah
-
Diversifikasi konsumsi: mengganti bahan pokok mahal dengan alternatif lokal
-
Menanam bahan pangan sendiri: urban farming untuk sayur dan cabai
-
Membuat stok bahan pokok saat harga stabil
Perlu Strategi Ketahanan Pangan Nasional
Para ekonom sepakat bahwa jangka panjangnya, Indonesia perlu memperkuat ketahanan pangan nasional dengan cara:
-
Memperbanyak lahan pertanian produktif
-
Meningkatkan produksi dalam negeri, terutama beras dan gula
-
Mendorong inovasi teknologi pertanian
-
Mengurangi ketergantungan pada impor pupuk dan benih
-
Membentuk cadangan pangan strategis
Jika strategi ini dijalankan secara konsisten, Indonesia akan lebih siap menghadapi fluktuasi global tanpa harus selalu menanggung kenaikan harga sembako.
Saatnya Bangkitkan Kemandirian Pangan
Kenaikan harga sembako di tengah krisis global adalah sinyal bahwa sistem pangan kita masih sangat rentan terhadap guncangan eksternal. Ini menjadi peringatan keras agar pemerintah, swasta, dan masyarakat bekerja sama membangun kemandirian pangan.
Dengan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara yang tahan krisis dan mampu menjaga harga pangan tetap terjangkau bagi seluruh rakyatnya.